Seputar Kegiatan Masjid Nusrat Jahan - Semarang

Selasa, 12 Januari 2010

REFLEKSI AKHIR TAHUN 2009 MKAI SEMARANG DI GEDONGSONGO


Semarang, 26-27 Desember 2009
Belum genap satu bulan SK Kepengurusan MKAI Semarang diterima, Pengurus MKAI Semarang langsung tancap gas melakukan manuver dengan mengadakan kegiatan baru yang tentunya sangat kreatif. Pada akhir Tahun 2009 ini MKAI Semarang mengadakan suatu kegiatan yang spesial dan spektakuler yang belum pernah diadakan sebelumnya.
Kegiatan ini adalah merupakan Malam Khuddam Outdor serta Pekan Athfal Perdana yang dibuat secara khusus sebagai acara Refleksi Akhir Tahun 2009 MKAI Semarang. Kegiatan yang juga di maksudkan sebagai sosialisasi Motto MKAI Semarang di tahun 2009-2010 yang baru yaitu “Khuddam Semarang BISA, Khuddam Indonesia BISA“, selain itu juga bertujuan untuk mengajak khuddam & athfal Semarang yang selama ini belum aktif serta khuddam mubayiin baru untuk dapat berkumpul dan bersilahturahmi dengan pengurus MKAI Semarang sehingga akan terjalin tali silahturahmi dan semangat kekeluargaan yang lebih tinggi lagi. Kegiatan ini juga bisa disebut sebagai Ijtima’ ala Khuddam Semarang karena kegiatan ini berupa kemah semalam. Alhamdulillah kegiatan yang diadakan pada tanggal 26-27 Desember 2009 di Bumi Perkemahan Candi Gedongsongo ini mendapatkan antusiasme keikutsertaan dari khudam & athfal Semarang, tak kurang 30 orang peserta yang terdiri dari 24 orang khuddam dan 6 orang athfal mengikuti kegiatan ini.
Berangkat dari Masjid Nusrat Jahan hari Sabtu, 26 Desember’09 lewat jam 2 siang, setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam ke arah selatan Kota Semarang, tibalah rombongan yang terdiri dari empat mobil di lokasi tujuan.
Candi Gedongsongo adalah suatu candi Hindu yang terletak di Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Candi yang berjumlah 9 itu lokasinya terpisah satu sama lain dan terletak di kaki Gunung Ungaran yang berhawa dingin. Untuk menuju ke lokasi candi ada jalan setapak yang menanjak dan berkelak-kelok. Bagi yang tidak kuat berjalan ke atas, pengelola objek wisata menyediakan sejumlah kuda untuk mengangkut para wisatawan. Tentu saja ada tarif yang harus dibayar untuk itu.


Setelah masuk pintu gerbang objek wisata Candi Gedongsongo, ada sebuah pelataran berpaving di depan sebuah gapura candi. Di samping pelataran itulah kami mendirikan tenda. Saat mendirikan tenda-tenda tersebut, kami harus berpacu melawan waktu karena hujan gerimis turun membasahi bumi pertiwi. Total ada 5 buah tenda yang kami dirikan, termasuk satu tenda untuk dapur. Bersamaan dengan gerimis yang semakin deras selesailah proses pendirian tenda. Alhamdulillah, tak lama kemudian cuaca cerah setelah kami melaksanakan Shalat Maghrib Isya’ berjamaah yang dipimpin Bapak Mubwil di dalam tenda. Dengan demikian acara dapat terlaksana dengan lancar.Setelah melaksanakan sholat berjamaah kami berkumpul di pelataran membentuk lingkaran mengelilingi api unggun. Api Unggun yang berkobar tinggi tersebut diharapkan dapat membakar semangat khuddam-khuddam Semarang untuk terus berperan serta secara aktif meramaikan setiap kegiatan Jemaat baik yang bersifat Lokal ataupun Nasional Di langit tampak bulan separuh badan bersinar terang menghalau gelapnya malam. Acara diawali Tausiyah oleh Mubaligh Wilayah Jateng Pantura, Bapak Ahsan Ahmad Anang beserta mubaligh-mubaligh lain di wilayah Pantura yang secara khusus juga datang mengikuti acara tersebut.


Inti Pesan Tausyiah dari Mubaligh Wilayah yang juga masih seorang khuddam adalah mengenai peran serta khuddam dalam kemajuan Jemaat dan memberikan Support atau Semangat bagi khuddam-khuddam untuk lebih aktif lagi dalam setiap kegiatan Jemaat di karenakan khuddam adalah sebagai garda terdepan / ujung tombak dalam Jemaat ini. Selama acara Tausyiah berlangsung, tim konsumsi yang terdiri dari Didit Murtopo, Heri Santoso, dan Sarman tak henti-hentinya mengibas-ngibaskan kipasnya untuk membakar Jagung Bakar yang telah dipersiapkannya. Tak ayal Jagung Bakar tersebut menambah seru & ramainya acara tersebut. Setelah acara pertama selesai, dilanjutkan dengan acara makan malam, kali ini tim konsumsi menghidangkan menu spesial ikan bakar berbalut sambal kecap yang menambah rasa keakraban antar sesama khuddam.



Acara berikutnya adalah fun game yang dipandu oleh Mas Abdu Shomad. Beberapa peserta disuruh maju ke depan dan diharuskan mengucapkan kata-kata yang nyleneh / tidak lazim secara cepat dan berulang-ulang. Bagi yang salah ucap dihukum push up 5 kali sampai bisa mengucapkan semua kata dengan benar. Acara yang kerap mengundang gelak tawa para hadirin ini semakin seru, karena jika semua peserta yang maju “lulus ujian” maka justru Mas Somad sebagai pembawa acara yang harus push up. Acara Fun Game yang ditemani dengan Kopi susu panas yang disuguhkan tim konsumsi semakin menghangatkan suasana di tengah-tengah kabut dingin pegunungan Ungaran yang sudah mulai turun menerpa para peserta.Sebagai puncak acara malam itu adalah renungan malam yang dipandu Dodik Setyawan. Berdiri di tengah-tengah peserta yang melingkarinya, dengan gaya bagaikan seorang motivator ulung berusaha membangkitkan motivasi seluruh khuddam yang hadir agar senantiasa siap sedia mengkhidmati Jemaat Ahmadiyah. Acara ini bisa disebut sebagai puncak acara Refleksi Akhir Tahun MKAI Semarang karena salah satu sebab diadakannya kemah di Gedongsongo ini adalah adanya keprihatinan yang mendalam tentang regenerasi di tubuh MKAI Semarang. Sebab beberapa tahun mendatang, khuddam-khuddam yang selama ini mendominasi kepengurusan MKAI Semarang satu persatu akan meninggalkan masa khuddamnya dan memasuki bidang pengabdian yang baru yaitu Majlis Ansharullah. Beberapa khuddam yang hadir juga diminta menyampaikan uneg-unegnya yang selama ini menjadi ganjalan di dalam hatinya sehingga menghambat pengkhidmatannya di dalam jemaat. Ditegaskan oleh sang pembawa acara, beberapa pengurus, dan bapak mubaligh bahwa adanya gesekan-gesekan antar khuddam yang terjadi selama ini jangan sampai menghalangi pengkhidmatan kepada Jemaat Ilahi. Dan para khuddam pun juga harus bisa menjaga ucapan-ucapannya jangan sampai menyinggung perasaan khuddam lainnya. Acara yang mengharu biru perasaan para peserta ini selesai mendekati tengah malam, dan dilanjutkan dengan makan hidangan penutup yaitu pisang bakar yang diselimuti tebalnya meises dan susu kental manis.
Setelah sempat tidur hanya 2-3 jam saja, para peserta bangun untuk mendirikan Shalat Tahajud berjamaah. Meskipun badan menggigil menahan dingin, namun shalat yang diimami Bapak Mubaligh Sutisna di tengah pelataran itu tetap berjalan lancar. Setelah Shalat Subuh, acara dilanjutkan dengan Daras oleh Pak Anang dan empat mubaligh lainnya. Beliau-beliau sekali lagi mengulas renungan tadi malam dan menekankan bahwa kita harus banyak berdoa dan membaca istighfar, jangan melihat orangnya tapi lihat bahwa jemaat ini adalah Jemaat Ilahi sehingga yang kita lakukan semata-mata karena Allah Ta’ala. Dalam kesempatan itu bapak-bapak mubaligh mengungkapkan kegembiraannya dapat berkumpul bersama dengan khuddam-khuddam Semarang dan berharap agar kegiatan serupa dapat dilakukan khuddam-khuddam di daerah mereka bertugas. Lebih lanjut mereka mengharapkan supaya acara serupa dapat digelar juga di daerah-daerah lain di Jawa Tengah yang melibatkan khuddam-khuddam se-Jateng Pantura. Di dalam Daras tersebut Bapak Qaid Daerah Roy Attaul Djamil mendapat sentilan karena khuddam-khuddam di daerah beberapa kali menanyakan mengapa sudah lama tidak ada kegiatan khuddam di tingkat Jateng Pantura. Atas sentilan itu Pak Qaid Daerah menyatakan kesiapannya. Jadi kita tunggu saja gebrakan dari Pak Qaid Daerah.



Setelah Daras Subuh selesai seiring dengan terbitnya matahari, tim konsumsi menghadirkan roti bakar dan teh panas untuk mengganjal perut. Di pagi yang cerah itu, acara berlanjut dengan pertandingan bola voli buta antara tim Mubaligh berhadapan dengan tim khuddam Semarang. Disebut bola voli buta karena net pertandingan tersebut terbuat dari kain (bukan dari jaring) sehingga para peserta tidak dapat melihat ke arah mana bola akan dilayangkan tim lawan. Bertindak sebagai wasit yang semau gue adalah Mas Shomad yang menerapkan aturan lain dari pada yang lain, yaitu asalkan bola sudah melewati net maka dianggap sudah masuk walaupun sebetulnya sudah keluar lapangan. Pertandingan berjalan sangat seru. Kedua tim saling serang dan bertahan mati-matian. Set pertama tim Mubaligh menang. Namun set kedua direbut tim Khuddam Semarang. Akhirnya babak penentuan dimenangi oleh tim Khuddam Semarang.




Pertandingan berikutnya adalah sepak bola di pelataran berpaving. Kedua tim kembali berhadapan. Aturan main pun berbeda dengan yang umum dilakukan, yaitu tim yang menendang bola keluar lapangan maka tim lawan dianggap berhasil membuat gol. Setelah adu otot dan otak sekian lama, lagi-lagi tim Khuddam Semarang merebut kemenangan tipis.


Sebagai acara terakhir sesudah sarapan mi goreng adalah cerdas cermat yang mempertemukan empat tim yang masing-masing terdiri dari tiga orang khuddam. Pertanyaan yang diajukan bervariasi mulai dari soal tentang agama, kejemaatan, MKAI, hingga soal-soal lain yang sepele. Acara yang berlangsung serius tapi santai dan lucu ini akhirnya dimenangi tim yang terdiri dari Indrarta Sunarteja, Faris, dan Fatkur Rizqi.Setelah berkemas-kemas, acara kemah semalam di Gedongsongo ini diakhiri dengan doa penutup yang dipimpin Pak Anang. Semoga keakraban yang telah terjalin antar khuddam Semarang di dalam acara ini dapat berlangsung selamanya. Amin. Dan semoga Motto MKAI Semarang yang baru “KHUDDAM SEMARANG BISA, KHUDDAM INDONESIA BISA” dapat dilaksanakan dengan Sukses menyamai suksesnya Motto MKAI Semarang di tahun sebelumnya yaitu “MKAI Semarang Bangkit”. Sampai jumpa pada kegiatan MKAI Semarang berikutnya yang tentunya akan lebih Semarak, Kreatif & Inovatif.

3 komentar:

Blogger mengatakan...

Bagus.bagus,bagus...he..he.he

Unknown mengatakan...

Jadi pengen balik. Maju terus marga Wong. Kami mengikuti terus beritamu. Mana Landscap x seluruh area masjid yg up to date? Aq pengin weroh. Salam P Mubwil. Zindabad jaa rahii he...:)

r.a. djamil mengatakan...

waahhh asyikk banget tuh keliatannya..bikin lagi bro acaranya,tingkat nasional..
semarang bisa..