Seputar Kegiatan Masjid Nusrat Jahan - Semarang

Selasa, 12 Januari 2010

Peringatan Hari Khilafat 27 Mei - "SERIBU JALAN MENUJU TUHAN"


An Nur, Semarang 17 Mei 2009
Setelah tertunda beberapa bulan, akhirnya pengajian yang diadakan Jemaat Semarang dengan mengundang penceramah KH Drs Budi Harjono (Pengasuh Ponpes Al Islah, Meteseh, Tembalang) jadi juga dilaksanakan. Supaya lebih efektif, pengajian ini dilaksanakan bersamaan dengan momen Peringatan Hari Khilafat yang mestinya jatuh pada tanggal 27 Mei 2009. Menimbang bahwa jadwal beliau dan Jemaat Semarang sangat padat, akhirnya disepakati hari Ahad tanggal 17 Mei 2009 sebagai waktu pelaksanaan pengajian tersebut.
Pada hari H, sekitar jam 10.30 wib dimulailah pengajian sambil menunggu kehadiran KH Drs Budi Harjono yang sebelumnya baru saja melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan sebuah masjid di Ngaliyan. Telah hadir dua orang santri Ponpes Al Islah dan dua orang pengurus Ikamaba (Ikatan Remaja Masjid Baiturrahman). Sebagai pembawa acara adalah Mas Dodik Setyawan. Setelah pembacaan ayat suci Alquran Surah An Nur / 24 : 56 oleh Bp Mubaligh Sutisna, dilanjutkan doa pembukaan oleh Mubwil Jateng Pantura Bp Muhammad Ahmad, acara dilanjutkan dengan pembacaan syair berbahasa Arab karya Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as oleh Bp Ta’ziz dari Gemuh, Kendal. Yang terjemahannya adalah sebagai berikut :
  • Kami memohon kepada-Nya dengan sangat merendahkan diri
    ketika zaman sulit
    Kami ridho untuk-Nya hidup di dalam kekerasan dan penindasan
    Sesungguhnya keyakinan kami telah menghujam
    bahwa pertolongan Tuhan kami akan terang setelah hawa nafsu hancur
    Sesungguhnya kecintaan sejati ini melalaikan segala hasratku
    dan aku telah melihat persahabatan ini bersinar di zamanku
    Sungguh aku telah selalu meneguhkan persahabatan cinta kasih
    dan menyalakan cinta kasih ini
    Bahkan aku melihat pengembaraan-pengembaraan yang amat jauh
    akan berdatangan benar-benar dari lumbung gudangku
    Air mata (rohani) akan mengalir laksana air bah kerinduan yang meluap-luap
    Dan hati ini dihidangkan untuk pemeliharaan perjumpaan dengan Tuhan
    Dan aku melihat persaudaraan ini sesuatu yang tersembunyi
    menjadi terang menyinari hatiku
    Dan aku melihat tambatan hati yang melekat ini
    telah bersinar di ketinggian langit
    Allah tempat tujuan hidupku
    dan aku menginginkannya ada di setiap tetesan pena dan tulisan
    Wahai manusia minumlah air rohani dari geraba tempat minumku
    Yang benar-benar telah terisi
    dari air rohani Nur yang melimpah dari tempat minumku
    Sungguh manusia yang paling bersih adalah Hazrat Aqdas Muhammad saw
    Dialah sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya
    Cahaya Sang Pemelihara yang melenyapkan kegelapan.

Acara berikutnya adalah ceramah KH Drs Budi Harjono. Beliau sangat terkesan pada syair tersebut, yang serupa dengan ungkapan hati dari sufi-sufi (ahli tasawuf) lainnya seperti Jalaludin Rumi, Al Halaj, dan sebagainya. Beliau sering membaca karya-karya para sufi lainnya, dan tidak keberatan jika diberi buku-buku karya Maulana Mirza Ghulam Ahmad (demikian beliau menyebutnya – Penulis) meskipun beliau sudah membaca dan memiliki beberapa buku Maulana Mirza Ghulam Ahmad.
Apa yang ada di dalam buku-buku Ahmadiyah menurutnya boleh dipelajari siapa saja. Baginya orang hanya butuh ta’aruf antar mozaik-mozaik yang berbeda-beda. Dirinya ingin bersahabat dengan Ahmadiyah sebagaimana persahabatannya dengan berbagai pihak termasuk umat non muslim. Walaupun dengan resiko menerima hujatan dan prasangka buruk dari pihak-pihak yang tidak menyenangi Ahmadiyah dan kaum non muslim. Karena ternyata tidak semua orang di dunia ini memiliki toleransi yang tinggi seperti dicontohkan Nabi Muhammad saw.

Apa yang ada di dalam buku-buku Ahmadiyah menurutnya boleh dipelajari siapa saja. Baginya orang hanya butuh ta’aruf antar mozaik-mozaik yang berbeda-beda. Dirinya ingin bersahabat dengan Ahmadiyah sebagaimana persahabatannya dengan berbagai pihak termasuk umat non muslim. Walaupun dengan resiko menerima hujatan dan prasangka buruk dari pihak-pihak yang tidak menyenangi Ahmadiyah dan kaum non muslim. Karena ternyata tidak semua orang di dunia ini memiliki toleransi yang tinggi seperti dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Menjawab pertanyaan dari Mas Dodik mengapa ada kiai-kiai yang memfatwakan sesat menyesatkan kepada pihak-pihak lain terutama Ahmadiyah, beliau menyatakan bahwa ternyata berhala di dalam diri manusia itu justru lebih banyak. Dan hal itu bersumber dari keterciutan ilmu yang bersangkutan. Tingkatan ilmu yang dimiliki setiap orang memang berbeda-beda, dan kemampuan untuk mengungkapkannya pun tidak sama. Dirinya memahami seperti apa yang dipahami Al Halaj tetapi untuk mengungkapkannya beliau tidak seberani Al Halaj. Jika selama ini Ahmadiyah tersudutkan, justru merupakan suatu anugerah bagi Ahmadiyah.
Pertanyaan selanjutnya dari Bp Edi Suryo (Ketua Jemaat Semarang), Bagaimana supaya Ahmadiyah dapat menghilangkan gangguan-gangguan tersebut? Jawab beliau, ada seribu jalan menuju Tuhan. Layanilah umat manusia. Beliau harap Ahmadiyah tetap kuat menghadapi berbagai cobaan. Jadilah bunga yang penuh aroma. Jika Ahmadiyah diperlakukan seperti ini namun tetap kuat menerimanya, maka hal itu justru akan menjadikan Ahmadiyah bagaikan bunga yang penuh aroma. Karena selanjutnya KH Drs Budi Harjono ada acara di Kedungjati maka sekitar jam 12 siang beliau dan rombongan meninggalkan Masjid Nusrat Jahan setelah makan hidangan yang disediakan tuan rumah. Ba’da Shalat Dhuhur berjamaah, acara pengajian dilanjutkan dengan tema Peringatan Hari Khilafat. Ceramah disampaikan oleh Bp Muhammad Ahmad, dan diakhiri doa penutup yang dipimpin Mubaligh Batang Bp Ahsan Ahmad Anang

Tidak ada komentar: