Seputar Kegiatan Masjid Nusrat Jahan - Semarang

Kamis, 25 Februari 2010

JIHAD TABLIGH JEMAAT SEMARANG


“Allaahu Akbar!” Teriakan membahana itu terdengar dari dalam Masjid Nusrat Jahan Semarang. Takbir tersebut bukan diteriakkan oleh para penentang Jemaat Ahmadiyah, tetapi justru oleh para Ahmadi yang menghadiri acara Pengajian dengan tema Pentingnya Bertabligh. Dengan bersemangat hadirin menyambut seruan, “Narai takbir!” dari Mubwil Jateng Pantura Bp Ahsan Ahmad Anang. Acara yang diselenggarakan Sekretaris Tabligh Jemaat Semarang Indrarta Sunarteja pada hari Ahad 10 Januari 2010 itu dihadiri sekitar 50 orang. Pengajian yang diusulkan Mas Dodik Setyawan ini diadakan dengan tujuan memotivasi seluruh anggota Jemaat Semarang untuk bertabligh, mengingat betapa pentingnya bertabligh sesuai dengan amanat Hadhrat Imam Mahdi dan Masih Mau’ud beserta para Khalifah beliau.

Sebagai catatan, pengurus MKAI Semarang umumnya juga merangkap sebagai pengurus di Jemaat Semarang. Contohnya, Qaid Daerah Jateng Pantura: Roy Atha’ul Djamil merangkap sebagai Sekretaris Al Wasiyat, Qaid Majlis Semarang: Anton Baskoro merangkap Sekretaris Mal, dan Mu’tamad MKAI Semarang: Indrarta Sunarteja merangkap Sekretaris Tabligh. Rangkap jabatan tersebut terjadi karena sedikitnya SDM yang ada di Jemaat Semarang. Dengan demikian apa yang menjadi program Jemaat Semarang pada umumnya juga menjadi program MKAI dan Ansharullah Semarang.
Setelah ceramah Mubwil tentang Keberkatan Bertabligh yang dilanjutkan dengan tanya jawab yang berlangsung seru tentang pola bertabligh yang dapat dilakukan anggota Jemaat dalam menyikapi SKB 3 Menteri, acara dilanjutkan dengan pembahasan program tabligh oleh Sekretaris Tabligh yang juga penulis artikel ini. Saya menyatakan bahwa sesuai instruksi dari PB JAI untuk menginventarisir daftar perpustakaan atau pondok pesantren yang ada di wilayah masing-masing Jemaat untuk diberi buku-buku Jemaat, maka saya mencari di buku petunjuk telepon dari Telkom daftar pondok pesantren di Kota Semarang. Ternyata ada sekitar 60 ponpes di kota Semarang lengkap dengan alamat dan nomor teleponnya.
Setelah daftar itu dilaporkan ke PB JAI, maka dikirimlah 60 set buku berjudul “Alquran Menurut Mirza Ghulam Ahmad” dan “Muhammad Menurut Mirza Ghulam Ahmad” ke Jemaat Semarang. Selanjutnya Jemaat Semarang membeli 60 buku berjudul “Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian” seharga Rp1.800.000,00 langsung dari Yogyakarta. Ketiga buku tersebut akan disebarkan ke ponpes-ponpes yang ada di Kota Semarang. Menurut saya, instruksi PB tersebut sangatlah tepat karena selama ini jika kita bertabligh sering terbentur omongan orang: kata kyai saya, kata ulama saya, kata ustadz saya, dan sebagainya. Artinya masyarakat kita sangat berpatokan pada tokoh yang menjadi panutannya. Sehingga kita perlu menyampaikan tabligh kita kepada para ulama.
Dalam menyampaikan tabligh kita perlu ingat bahwa jika diibaratkan dunia marketing, Jemaat Ahmadiyah merupakan sebuah produk yang sulit dijual karena menyangkut sesuatu hal. Beda dengan ormas Islam lain semisal NU dan Muhammadiyah. Seperti halnya saya sekarang bekerja memasarkan produk cat yang tidak terkenal yang sukar memasarkannya. Maka saya perlu menjalin keakraban dengan pemilik atau karyawan toko bangunan agar mereka mau menjual produk cat yang saya pasarkan. Jadi kita perlu menjalin silaturahmi dengan ponpes-ponpes yang ada di wilayah kita. Dan perlu kita ingat juga bahwa garis keras sering bersilaturahmi ke ponpes-ponpes di seluruh Indonesia sehingga dapat membentuk opini yang sesuai pandangan mereka.
Dalam daftar yang saya susun ada sekitar 60 ponpes di Kota Semarang, maka perlu dibentuk beberapa tim yang mengunjungi ponpes yang berbeda dalam waktu bersamaan agar siklus kunjungan silaturahmi dapat dipercepat. Tiap-tiap tim harus terdiri dari Khuddam dan Anshor supaya saling melengkapi. Sesuai dengan kegiatan tabligh kelompok yang selama ini telah kita lakukan maka kita putuskan hari Selasa sebagai Yaumut Tabligh (Hari Tabligh). Demikian intisari uraian saya dalam acara itu.
Pengajian tersebut ternyata dapat memotivasi anggota Jemaat Semarang untuk bertabligh baik Anshor maupun Khuddam. Terbukti dengan banyaknya anggota yang hadir pada hari Selasa malam tiap minggunya. Semoga semangat bertabligh yang sedang membara ini dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi, Amin. Berikut daftar ponpes yang telah dikunjungi :



No
Tanggal
Pondok Pesantren
Pimpinan
Alamat
1
06-10-2009
Soko Tunggal
KH Nuril Arifin H
Jl Sendangguwo Raya 36
2
13-10-2009
Nurul Falah
KH Nur Chamin
Penggaron Kidul RT 02/02
3
14-10-2009
Al Islah
KH Budi Harjono
Meteseh
4.
27-10-2009
Addainuriyah 2
KH Dzikron Abdullah
Sendangguwo
5
05-01-2010
Taqwal Ilah
KH Syaichun & Iman F
Jl Tunggu Raya No 10
6
12-01-2010
Al Ibriz
KH Abdullah Rikza
Jl Majapahit 248
7
12-01-2010
Al Ishlah
KH Hadlor Ikhsan
Mangkang Kulon
8
19-01-2010
Al Itqon
KH Haris Shodaqoh
Jl KH Abdur Rosyid
9
26-01-2010
At Taqwa
KH Abdurrochim
Ds Genting RT 02/06

Nb :
1. Ponpes yang dikunjungi tahun 2009 belum diberi ketiga buku tersebut di atas, namun diberi literatur Jemaat yang lain.
2. Jemaat Semarang sering menghadiri Pengajian Gambang Syafaat yang diadakan tiap tanggal 25 di Masjid Raya Baiturrahman (Simpang Lima, Semarang). Acara berupa ceramah bersama Bp Mubwil dan KH Budi Harjono dilanjutkan tanya jawab. Kegiatan tabligh Jemaat Semarang di acara ini telah dimulai sejak era Mubwil sebelumnya yaitu Bp Muhammad Ahmad.

Tidak ada komentar: