Seputar Kegiatan Masjid Nusrat Jahan - Semarang

Jumat, 04 Desember 2009

KABAR GAIB PUJANGGA JAWA KUNO

Kabar-kabar gaib yang selama ini beredar di wilayah Nusantara pada saat itu (khususnya untuk masyarakat Jawa) sendiri, tentang adanya kabar kedatangan “RATU ADIL” yang selalu didengung-dengungkan adalah benar adanya. Bahkan untuk membuktikan kabar gaib itu benar adanya, berkembang banyak cerita yang salah mengenai kedatangan “RATU ADIL” tersebut.

Sekedar untuk mengoreksi, mengenai arti “RATU ADIL” itu sendiri, adalah sebutan yang ditujukan untuk seseorang yang mempunyai wibawa kepemimpinan. Sekarang timbul pertanyaan, mengapa bisa dikatakan dengan sebutan “RATU”? bukan dengan sebutan “RAJA”?
Padahal untuk sebutan “RATU” itu sendiri mengacu pada arti kepemimpinan yang feminim. Jadi sebutan “RATU ADIL” bisa dikatakan sebagai arti dari sebuah kepemimpinan yang penuh lemah lembut dan indah tanpa adanya kekerasan. Tapi untuk mengingat, saat ini pula banyak yang menafsirkan arti “RATU ADIL” atau yang biasa disebut dengan “SATRIYA PININGIT” itu dengan penafsiran datangnya seseorang yang ahli dalam hal politik. Padahal arti “SATRIYA PININGIT” itu sendiri adalah sebuah kebenaran yang masih ditutup-tutupi dengan berbagai macam-macam kebathilan.
Karena ini merupakan kabar gaib (kabar rohani), maka yang pastinya akan datang adalah seseorang yang mempunyai ketinggian rohani (utusan Tuhan), di mana keadilan bisa terwujud tanpa menggunakan kekerasan yang dapat merugikan. Dan kedatangan seseorang yang suci telah tertulis atau dikabarkan dalam Pujangga Jawa dengan mengacu pada kejadian-kejadian sebagai berikut:
1. BETHIK MANGAN MANGGAR
Kejadian tersebut telah terjadi pada masyarakat Banyumas, dimana pada saat itu terjadi banjir dan sungai Serayu meluap hingga ketinggian airnya mencapai sepohon kelapa, sehingga ikan-ikan bethik tersebut dengan mudahnya memakan manggar (kembang pada pohon kelapa).
2. KALI ILANG KEDUNGE
Aliran air kali dari hulu menuju hilir, sudah tidak ada tempat untuk bertemunya anak aliran air kali tersebut, semua langsung menuju ke laut.
3. PASAR ILANG KUMANDANGE
Dimana greget dari pasar tradisional sudah tidak terdengar lagi. Diganti dengan kehadiran Super Market yang semakin hari semakin berkembang sampai di pelosok desa bagai jamur di musim penghujan.
4. SEDULUR ILANG KANGENE
Rindu pada sanak saudara sudah tidak ada lagi dengan adanya alat komunikasi yang pemakaiannya dengan mudah, sehingga kerinduan terhadap sanak saudara bisa terobati.
5. RATU DISEPAK LEDHEK DI TANGGAB/ DI OYAK
Seorang pemimpin dari Presiden sampai Aparat Desa selalu mendapat cemoohan (hujatan) dari rakyat maupun bawahannya dikarenakan melanggar hukum. Sedang ledhek (artis) dijadikannya panutan, malah tidak dipungkiri menjadi lahan hidup untuk mencari surga dunia yang penuh hura-hura belaka dan karena itu pula bisa menjadikan manusia menjadi lemah iman. Di akhir zaman ledhek malah mendapat simpati dari hati masyarakat sehingga diantaranya banyak yang terpilih menjadi wakil rakyat di DPR.
6. ONO JARAN MANGAN TRASI
Seseorang yang pekerjaan sehari-harinya sebagai penarik atau tukang kayuh becak.
7. TANAH JAWA DI KALUNGI WESI
Terbukti sudah sejak adanya kolonial Belanda yang bercokol di tanah Jawa membangun infrastruktur transportasi darat, yaitu pembangunan rel kereta api untuk memudahkan prasarana dan ekonomi mereka dari satu kota ke kota lain. Dan transportasi tersebut sampai sekarang masih banyak digunakan.
8. GAMELAN LOKANANTA ING AWANG-AWANG
Pemutaran alunan musik yang dilakukan dalam sebuah perjalanan menggunakan transportasi udara, baik perjalanan domestik maupun luar domestik untuk mengisi waktu agar dalam sebuah perjalanan tersebut tidak bosan.
9. WONG NGEMIS ATEKEN WESI
Sekarang sudah terbukti, bahwa pengemis yang di zaman sekarang atau yang tepat disebut rampok dalam melakukan aksinya menggunakan senapi (senjata api) untuk melakukannya. Dan tak segan-segan pengemis tersebut melukai sasarannya hingga kematian yang menjadi incarannya bila keinginannya tidak terpenuhi.
10. NADYAN WADON SARWI LANANG INUMANE BANYU BENING
Penampilan seseorang baik perempuan maupun laki-laki menjadi kebalikannya, di mana atribut laki-laki dipakai oleh perempuan maupun sebaliknya pula.

Itulah beberapa contoh yang bisa dilihat pada masa sekarang yang merujuk pada sebuah kabar gaib tentang kedatangan orang suci. Yang mana kabar-kabar tersebut telah ditulis pada masa “BABAD TANAH JAWA”.
Bukan hanya dalam sebuah pujangga saja kabar gaib tersebut ditulis melainkan juga dalam sebuah tembang dolanan anak-anak Jawa. Kabar tentang kedatangan “RATU ADIL” tergambar dengan jelas.

“KEMBANG PANDAN/ WARNA PUTIH/ SRI KAWORYAN/ TEDHAKING KUSUMO/ PANTES TINURUTO/ SABARANG UTAMA/ TUMPRAP PRA MANUNGSA”.
Dari arti terjemahannya adalah sebagai berikut:
“Seorang bangsawan yang bertempat tinggal di Qadian/ seseorang yang suci/ yang mengajarkan keindahan/ karena seseorang tersebut benar-benar keturunan bangsawan/ ajaran yang pantas untuk diikuti/ karena yang dilakukan pula demi keutamaan/ semua untuk keselamatan umat manusia!.

Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa kedatangan “RATU ADIL” atau “SATRIYA PININGIT” itu adalah sebuah kedatangan adanya keadilan rohani bukan kedatangan keadilan duniawi (khususnya politik) yang orang awam mengiranya begitu. Sekarang tinggal diri kita sendiri yang bisa menjawab keraguan itu dengan menggunakan akal pikiran dan petunjuk dari Tuhan.

Tidak ada komentar: