Seputar Kegiatan Masjid Nusrat Jahan - Semarang

Senin, 13 Desember 2010

Syaeful Uyun: Kami Tak Ingin Melanggar SKB Tiga Menteri



Semarang Metro
13 Desember 2010
SEMARANG- Pandangan bahwa Ahmadiyah merupakan kelompok Islam yang sesat, disebut-sebut tidak benar. Pasalnya, ideologi yang dipahami Ahmadiyah diyakini sama dengan umat Islam umumnya.
“Hanya, kami meyakini Mirza Ghulam Ahmad berpredikat kenabian buruzi, yaitu bentuk pemahaman kenabian yang hanya memposisikan beliau sebagai bayangan dari Nabi Muhammad Saw. Kedudukan Mirza tak ubahnya sebagai pewaris para Nabi,” kata Mubaligh Ahmadiyah, HM Syaeful Uyun dalam diskusi yang diadakan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang di ruang seminar, baru-baru ini.
Dijelaskan, kehadirannya dalam diskusi itu tak dimaksudkan ingin melanggar SKB tiga Menteri, tetapi memang ada beberapa hal perlu dijelaskan pada bagian-bagian tertentu perihal ajaran Ahmadiyah. Yang utama, tuduhan tidak diakuinya Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir karena lebih mengakui Mirza Ghulam Ahmad, adalah fitnah besar.
“Kami masih menyakini Muhammad sebagai khotamul ambiyaĆ­ (nabi terakhir) serta Alquran sebagai kitab yang sempurna dan tak mungkin digantikan kitab-kitab lain, termasuk tazkiroh. Untuk itu, jangan anggap kami sesat,” tuturnya tegas.



Memang, lanjut Syaeful, Mirza Ghulam Ahmad pernah mengumumkan posisinya sebagai Almahdi yang dijanjikan kedatanganya oleh Allah, tetapi tidak ada referensi yang menyebutkan bahwa Mirza adalah Nabi.
Kepala Balai Litbang Agama Semarang, Arifuddin Ismail MPd menyatakan, digelarnya diskusi tersebut dilatarbelakangi keprihatian pihaknya terhadap situasi sosial keagamaan yang sering terjadi pertentangan terkait keberadaan Ahmadiyah. Bahkan, masih ada tindakan anarkis terhadap pemeluk Ahmadiyah yang mencederai kerukuan umat beragama.
Selama ini, lanjut dia, Ahmadiyah selalu dikaitkan dengan tuduhan sesat, tetapi kita tidak pernah mendengar langsung pernyataan mereka.
Dalam dikusi itu, terjadi perdebatan perihal posisi Mirza Ghulam Ahmad yang diyakini sebagai buruzi (bayangan) Nabi Muhammad. Meski para penganut paham Ahmadiyah memposisikan Mirza sebagai bayangan Muhammad, tetapi menurut salah seorang peserta diskusi, Ahmad Sidiq (53), hal itu tetap saja dipahami orang di luar Ahmadiyah sebagai sosok Rasul.





Sebab, Mirza menyakini menerima wahyu dari Allah yang kemudian ditulis dalam buku Tazkiroh. Lagi pula, kalau dia bukan Nabi, berarti memiliki sifat tidak sempurna sehingga bisa juga salah. Artinya, jelas tak bisa diposisikan sebagai bayangan Nabi Muhammad.”
Menurut Hasim (35), istilah buruzi (bayangan) Nabi, tidak banyak dikenal dalam fikih Islam sehingga mengundang perdebatan. “Ini yang segera perlu diluruskan para pengikut Ahmadiyah.” (H70-52)

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/12/13/132345/Syaeful-Uyun-Kami-Tak-Ingin-Melanggar-SKB-Tiga-Menteri-

Tidak ada komentar: