Seputar Kegiatan Masjid Nusrat Jahan - Semarang

Senin, 29 November 2010

Seminar Nasional "Revitalisasi Peran Agama dan Budaya Sebagai Asas Pembangunan Karakter Bangsa

Assalamu'alaikum Wr wb

Sabtu, 28 Nov 2010, JA Semarang yang diwakili oleh Mln. H. Saeful Uyun dan penulis menghadiri Seminar Nasional yang bertemakan:

REVITALISASI PERAN AGAMA DAN BUDAYA

SEBAGAI ASAS PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

Balai Litbang Agama Semarang

Bekerjasama Dengan

Komisi Pendidikan Tinggi NU Jawa Tengah

Hotel Semesta – Semarang, 27 November 2010

Dengan 3 orang Narasumber:
1. KH. Mushtofa Bishri (Gus Mus)
2. Prof. DR. Damardjati Supardja (Budayawan)
3. Erma Lena (Staff Khusus Menteri Agama RI) yang kebetulan tidak hadir dalam acara ini.

Sebagai gambaran singkat, para narasumber menyampaikan kondisi kebobrokan karakter bangsa Indonesia diindikasi adanya banyak ketidakadilan terjadi, tentunya disesuaikan hukum yang ada di NKRI, adanya penindasan terhadap sejumlah kaum/ ormas di negeri ini dengan mengatasnamakan agama. Menurut Gus Mus, beliau mengatakan bahwa bangsa kita ini perlu mengkaji ulang konsep keberagamaan dan kebangsaan sehingga akan bisa memahami apa itu Islam, bagaimana harus berbangsa dan apa tujuan hidup di dunia sehingga dunia bukan hanya sebagai tempat wisata kita, tempat tujuan hidup kita. Diwujudkan dalam konsep orang Jawa pada masa dulu sebagai Mampir Ngombe.

Sang Profesor Budaya menggambarkan hal ihwal karakter bangsa ini sebagai Kurawa perlu untuk dijadikan dan diruwat menjadi Pandhawa, sehingga diperlukan sebuah Revolusi Spiritual tanpa penumpahan darah, tanpa pemberontakan, tanpa saling menghancurkan. Beliau akan mewujudkannya pada tahun 2012 nanti. Sekilas Sang Budayawan memaparkan programnya untuk membangun karakter bangsa ini dengan akan didirikannya sebuah Universitas dengan nama Institut Pencerahan Global di Piyungan-Yogyakarta. Dihindarinya istilah keislaman pada Institut ini untuk mengalihkan perhatian Amerika yang telah menggarisbawahi Islam dengan tebal, supaya urusan pendanaan terhadap pendirian institut tidak terlalu terkendala oleh hal seperti itu.

Perlu diketahui kedua Narasumber yang hadir sangat care terhadap Ahmadiyah, bahkan oleh Kepala Badan Litbang, para perwakilan Ahmadiyah di tempatkan pada kursi VVIP. Setelah acara berlangsung sekitar 1:30 jam, maka jamuan makanpun telah tersedia sehingga kedua Perwakilan Ahmadiyah mengambil kesempatan untuk Rabtah Pertablighan dengan beberapa tamu yang lain. Ada yang dari IAIN, Dinas Kependidikan, Persis dan juga Pengurus NU.

Pada kesempatan tanya jawab, Bapak Muballigh Wilayah Saeful Uyun menyampaikan pendapatnya sebagai berikut:

"Bismillahirrohmanirrohiim, Assalamu'alaikum Wr Wb

Terimakasih atas kesempatan yang diberikan. Nama saya: Muhammad Saeful uyun, latar: agama Islam, paham: kebetulan Ahmadiyah. Saya merasa terhormat diundang disini oleh Bapak Kepala Litbang Departemen Agama dan mendapatkan pencerahan-pencerahan dari Gus Mus dan Prof Damardjati Supardja.

Saya setuju dengan Gus Mus bahwa sekarang ini kita perlu mengkaji ulang keberagaman keagamaan juga kebangsaan kita. Keberagaman perlu dikaji ulang karena saya sendiri merasakan pengalaman seperti Ahmadiyah kelompok Islam yang cinta damai, mempunyai sepuluh butir pola hidup yang menurut saya sangat islami. Tidak mempersekutukan Allah, tidak bohong, tidak zina, tidak pandangan birahi terhadap bukan muhrim, tidak aniaya, tidak fasik, tidak huru hara, tidak berontak dan tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya, senantiasa akan mendirikan sholat lima waktu ditambah sholat tahajjud, menyampaikan sanjungan dan pujian kepada Allah Ta’ala serta sholawat kepada Rasulullah saw. Justru malah di bumi Indonesia malah di..malah di..berangus, diusahakan untuk dibubarkan.

Jadi kalau Gus Mus tadi menyatakan kita perlu mengkaji keberagamaan kita, mungkin yang selama ini kita anggap benar mungkin juga salah atau yang kita anggap salah mungkin juga benar. Saya sangat setuju sekali. Cuma persoalannya sekarang kita harus memulai darimana? Itu mungkin pertanyaan saya. Dan saya juga setuju jika kita perlu mengkaji ulang sikap kebangsaan kita karena dalam beberapa hari terakhir ini, saya merasakan justru Obama yang mengajari kita Pancasila, Obama yang mengajari kita Bhinneka Tunggal Ika dan Obama yang mengajak kita agar Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika itu menjadi contoh bagi dunia karena dalam pandangan beliau begitu hebat. Sementara di kalangan bangsa kita sediri itu malah ada yang ingin mengganti Pancasila dan sampai hari ini ide-ide / gagasan-gagasan untuk mengganti falsafah bangsa kita itu tidak pernah berhenti. Jadi mungkin..bukan mungkin saya sangat setuju dengan Gus Mus bahwa sekarang ini kita perlu mengkaji konsep keberagamaan dan kebangsaan kita.

Cuman pertanyaan saya kita harus memulainya darimana? Dan untuk Professor Damardjati juga, saya setuju dengan konsep Prof bahwa tahun 2012 akan mengadakan Revolusi Spiritual. Jadi sebenarnya sangat berkaitan antara yang disampaikan Gus Mus dengan yang disampaikan Prof (Professor Damardjati-maksudnya). Gus Mus barangkali perlu mengkaji ulang kemudian nanti diwujudkan dengan Revolusi Spiritual dan kalau tadi beliau dalam menjelaskannya yang dimaksud Revolusi Spiritual itu dari sikap hidup Kurawa menjadi Pandhawa…itu juga sangat baik sekali. Cuman butuh Revolusi Spiritual kayaknya menurut saya itu perlu Manusia Nabi barangkali yang bisa menjalankan seperti itu. Saya kira begitu saja dari saya, sekian wassalamu’alaikum Wr Wb.

Untuk sementara cukuplah sampai disini info pertama tentang seminar tersebut. Bagi saudara-saudaraku di Mail List ini yang ingin tahu secara mendetail tentang isi ceramah kedua Narasumber, dapat dipesan melalui email ini.
Wassalamu'alaikum Wr Wb
Yang Teramat Lemah dan Tiada Daya kecuali dari-Nya

Muballigh JA Nunukan yang masih dipinjam sebagai Sekretaris Da'i Wilayah Jateng Pantura

Tidak ada komentar: